Cerita Cinta Anak Organisasi

OLEH : Firdaus R. Harun “IPPMD”

*******

_DSC0348Selasa malam, Sekitar pukul 20-35 Wita. Dafid dan Aldi anak organisasi “Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Dondo(IPPMD)”, Ini pergi kesebuah kos-kosan yang di situ ada seorang teman dekat si Dafid yang bernama Irma anak organisasi “Ikatan Kekerabatan Pemuda Pelajar Mahasiswa parigi (IKPPM)”.

Dafid dan aldi pergi  dengan tujuan yang tak tentu mau ngapain di sana. Setibanya di depan kos-kosan Irma, mereka langsung ambil Handpone untuk sms si irma, namun sms mereka  satu pun yang terbalas, namun ternyata si irma dan temanya yang bernama wada sudah berdiri di belakang mereka sambil membawa sebungkus gorengan yang masi hangat, dibelinya di pinggir jalan trans. mereka berdua langsung kaget melihat Irma dan wada ada berdiri di belakang mereka sambil tertawa terbahak-bahak.

“Kamu berdua buat saya kaget saja tiba tiba tertawa di blakang , memang kalian dari mana saja, kok munculnya dari blakang bukan dari dalam kos?” Sapa Aldi dengan ekspresi kaget (Benar-benar kaget)

“hamaaa… ka aldi torang dua dari warung beli snek untuk di makan makan di kos” Sanggah irma, sambil senyum yang membuat hati aldi luluh”

 “oh iya, memangnya kalian belanja apa semua kah?”

Irma pun tak menjawab lagi pertanyaan aldi, irma langsung berjalan masuk ke dalam  kost-nya yang berukuran 4×3 itu. Dia langsung duduk santai di kursisambil membuka belanjaanya, tak lama kemudian dafid, wada dan aldi langsung ikut dari balakang untuk ikut masuk ke dalam kamar kos-kosanya itu, mereka pun langsung duduk dan becerita cerita,

 “David, yang suru kemari kamu sapa?” Tegur irma untuk mengacarai.

“saya kalau tidak di ajak Aldi saya juga tdk kemari tampa di panggil” Spontan David menjawab.

 si wada langsung diam dan senyum-senyum saja setelah mendengar jawaban dari dafid.

Aldi mulai becerita masalah demi masalah yang dia pendam selama berminggu-mingu ini, aldi bertanya sedikit demi sedikit menanyakan tentang keadaan irma selama tinggal di kos yang berukuran 4×3 itu, si Dafid pun tak begitu menghiraukan pembicaran aldi dan Irma iya hanya tertawa terus karena melihat si Wada makan sembil mengaruk garuk kepalanya, tidak tau gatal karena ada kutu atau melihat kelakuan Aldi yang sangat beda pas duduk di dalam kamar kos Irma. Irma heran dan bertanya kepada Dafid, “Dafid ada apa sih kamu tertawa tanpa sebap ?

Dafid pun menjawab dangan kelakuannya yang selalu membuat orang tertawa juga, ha ha ha ha, ,  

“Irma saya tertawa ada sebap, buat apa saya tertawa kalau tanpa sebap itu kan orang gila terwa karena melihat kelakuan Wada yang sedang makan sambil garuk-garuk kepala seperti monyet yang sambil cari kutu tuannya”,

 Irma pun tertawa juga setelah mendengar jawaban dari si dafid, he he he he ,,,, Ada ada saja kau ini Dafid dia manusia bukan munyet

Seruh Dafid mendengar perkataan si Irma, “hhhmmmtp, maf kalau saya buat tersinggu kalian. Namun si Aldi diam diam saja mendengar percakapan kami bertiga, Aldi merasa tdk senang karena Dafid berkata begitu kepada Wada karena hanya membuat suasana menjadi tegang saja karena sebap perkataanya yang membuat irma dan wada tersinggung.

Seling waktu berjalan tak terasa  jarum jam menunjukan tepat puku 23-55, Dafid tertidur di kasur tempat Wada tidur, di saat itu pula Aldi mulai dia-diam dan memangdang wajah si Irma yang sangan cantik dan bodinya luarbiasa sempurnah, dan di tengah rasa bate itu, aldi coba menghibur diri dengan mencuri-curi pandang pada Irma, baik pada saat makan ataupun merokok. Irmah, adalah teman sekampus Wada yang kuliah di salah satu perguruan tinggi terkenal di kota nya. Dia pulang ke kampunya setiap 1 tahun sekali. Sama seperti Aldi, hanya beda level. Kalau irma kuliah di ibukota propinsi dan mudik ke kampungnya, sedang Aldi kuliah di kota madya palu saja.

Aldi mulai menapap lagi Wajah irma sendiri hanya masuk kategori lumayan. Agak jauh dibandingkan Wada. Aldi perhatikan wajah Irma mirip ibunya sedang Wada mirip kakaknya. Hanya Irma ini lumayan tinggi, tidak seperti  Wada  yang pendek, meski sama-sama agak  langsing.  Ternyata Aldi memperhatikan  daya tarik seksual Irma ada pada bodinya. Lumayan gede dan kelihatan menantang kalau dilihat dari samping, sehingga rasa-rasanya Aldi ingin memegang tangannya.  Ternyatra aldi lagi ingat Mia. Kata aldi, seandainya aku tidak ke rumah kos Irma, pasti aku sudah melayang layang memikirkan Mia yang jauh di kampungnya.

Saat Wada ketoilet Irma mulai mendekati aldi aldipun merasa heran kenapa irma tiba tiba mendekat ke sampingku ada apa sebenarnya, namun Aldi tetap diam saja melihat Irma bergeser sedikit demi sedikit, Tak lama Wada di toilet berkata ;

“Heh, awas kamu aldi jangan macem-macem sama  irma!” katanya tiba-tiba sambil menyinggung si aldi.

“Maksud Wada apa ? Aldi bertanya seolah-olah tidak mengerti.

Irma itu anak lugu, tapi kamu jangan sekali-kali manfaatin keluguan dia!” katanya lagi.

“Ini ada apa sih Wada? Aldi makin bingung.

“Tidak usah pura-pura. Dari wajahmu itu kelihatan kalau kamu dari tadi bete,” aku hanya diam sambil merasa heran karena apa yang dikatakan Irma itu betul.

“Kamu bete, karena malem ini kamu nggak bisa bicara berdua sama rma kan?”,

 Aldi pun hanya tersenyum mendengar perkataan dari Wada, Irman yang tadinya tutur katanya halus dan ramah berubah seperti itu. Tak lagi heboh seperti  2 jam yang lalu selalu bercanda dan saling buka bukaan masalah yang di pendamnya sama seperti aldi.

Tiba tiba Dafid terbangun langsung keluar dari kamar kos Irma, dia langsung mengambil rokok yang di samping Aldi, iya memandang Wada dngan pesimis seakan akan Wada punya salah sama dia, tapi Wada cuek-cue saja karena Wada tdk tau apa yang dia sesalkan, lalu Aldi bertanya ke pada Dafid;

 “Dafid kamu mau kemana tiba tiba pandangnmu ke Wada lain-lain ada apakah sebenaranya kamu mimpi atau kenapa, dafid pun menjawab dengan expresi yang tegang, saya tidak apa aldi saya Cuma aga stres aja dengan masalah yang saya alami sekarang,  oh saya kira ada apa fid, seru aldim?

Namun Dafid tidak menjawap pertanyaan Aldi. Iya hanya jalan dan langsung keluar dari kamar kos Irma.

Di saat Dafid keluar tadi Aldi pun mulai bercerita lagi tentang organisasinya.  ” Aldi cerita”:   

“Irma, saya sudah lumayang lama berada dalam lingkup organisasi IPPMD itu, di dalam organisasi itu saya dapatkan banyak pengetahuan yang bisa buat saya berubah dan bisa memberikan inpirasi kepada orang-orang di kampung dan di sekitar kampus tempat saya kuliah di mana mana oragansasi pasti mengajarkan yang baik dan memberikan masukan masukan yang bermampaat buat kita di suatu hari kita jadi orang yang sukses dan bisa di bangaggakn orang tua, saya di organisasi itu sudah pernah jadi sekertaris umum, saya menjalanianya dengan lapang dada dan iklas apapun itu resikonya disitu lah kita di uji fisik dan dia ajarkan retorika dan kepemimpinan, dari situ lah say belajar dan terus belajar sama seperti Dafid juga selama di organisasi itu itupun yang terjadi dalam dirinya”,.

Iya Aldi mungkin sudah organisasi yang buat kita bisah belajar apa yang kita tidak dapat di kampus di organisasi kita mendapatkannya jawab irma cerita aldi”,

Tak lama dafid berbicara dari luar kamar kos si irma, Irma, Aldi itu hanya bicara saja banyak tidak semua benar cerita Aldi tadi itu,

“bah apa juga kau dafid kau diam saja nikmati kesendirianmu di luar situ yang tidak jelas mondar mandir kesana kemari tidak tau apa semua yang masuk masalah di fikiranmu, aldi menjawab dafid dengan tegas”,

Si Irma pun tertawa dan terus menjawab denga serius ,,sik sik sik sik,,, jangn begitu dafid aldikan Cuma cerita pengalamanya di selama dia ada dilingkup organisasi”,

Oh iya dan saya diam saja pale jawab Dafid perkataan irma dengan senyum senyunya yang lagi stres”,.

 Tak lama kemuadain jam dinding berbunyi di kamar kos Irma jarumnya sudah menunjukan tepat pukul 24-10. Aldi pun langsung mengajak Dafid untuk pulang ke sekret kareana sudah larut malam,  aldi pamit ke Irma danWada untuk pulang ke sekret, Irma menjawab besok malam balik ulang yah  Aldi dan Dafid, iya Irma Wada besok malam kami balik lagi kesini, jawab Dafid Aldi senang karena dia bisa ketemu lagi sama Irma besok malam.

Ke esokan malamnya tepat jarum jam menunjukan pukul 20-30, mereka berdua  pergi lagi ketempat tinggal Irma dan wada di kos yang luas kamarnya hanya 4×3 itu, mereka berdua sudah sampe di tempat tujuan namu mengapa dafid bertanya pada aldi;

“ kok kamu kalau ketempat irama capat sekali responya ada apa sebanarnya kah aldi,?

> tdk ada apa apa fid saya kan hanya nepatin janji yang semalam kita bilang irma sama wada kalau kita balik ulang besok malam, salah kah kalau kita disini bercanda canda dengan mereka berdua jawab aldi deangan luguh,

“Oh saya kira ada sesuatu di balik layar he he he he he,,,, tanya dafid dengan tertawa,

Aldi hanya tunduk kan kepala saja pas dengar dafid tertawa, tak lama irma keluar dari kamar kosnya dia mengajak dafid dan aldi masuk, aldi dafid masuk sini tidak baik diluar dingin hawanya?  namun aldi hanya memandang irma dengan tajam karena dandanan irma malam ini sangan cantik dan sampe sampe mata aldi tdk sempat berkedip sekalipun, dafid pun diam saja sambil bejalan masuk ke kamar kos irma dan sambil meliahat aldi memandang irma, karena dafid ada rasa curaga dengan pandangan aldi ke wajah irma yang habis dandan.

 “Irma langsung berseru hhhhmmmmtp, ada apa aldi kenapa pandanganmu ke saya sangat begitu tajam memang saya artis apa sampe di pandang begitu amat, Aldi kaget mendengar seru irma ?

Aldi langsung turun dari motornya sambil berkata tidak ada apa-apa kok irma saya Cuma kagum saja dengan penampilanmu malam ini”

 ah iya kah aldi segitunya skali tanya Irma ?

“Yah begitu sudah seru Aldi menjawapnya dengan senyumnya yang memantul ke wajah irma.

Di saat malam itu lah Aldi mulai duduk bersampingan dengan Irma, Wada pun diam-diam saja karana tidak bisah berbuat apa lagi setela Dafid sudah ada di samping Wada,  Namu tiba-tiba Irma bingung melihat kelakuan Wada malam ini;

Seruh irma bisik di hatinya sambil memandang wada kebingungan,  ”tumben wada tidak menegur aku di saat duduk berdekatan di samping aldi, kenapa kemarin malam dia selalu menegur aku bilah duduk di samping Aldi terlalu dekat, kok malam ini tidak, ada apa kah dengan Wada sebenarnya malam ini”.

 Tiba tiba Wada menegur Irma sambil bertanya, kenapa Irma pandanganmu terhadap  saya seperti ada rasa curig?

Irma pun hanya tersenyum,  sambil mendengar pertanyaan wada.  Di saat itu lah aldi mulai diam dan sambil memandang wajah irma yang sangat cantik malam ini dan senyum aldi luarbiasa bisa meluluhkan hati si irma di malam ini, Disitulah mereka saling berpegangan tangan dan saling mengungkapkan rasa cinta mereka berdua di saat wada dan dafid  sementara  duduk berduaan  di teras kos irma, Sungguh senangnya  aldi di saat irma mengungkapkan  isi hatinya,

Aldi jujur saja saya sudah lama memendam perasaan ini, tetapi saya masi  ragu untuk mengungkapkannya kemari kemarin, mungkin nanti saat  inilah  waktu yang tepat untuk mengungkapkanya perasaanku” ,

 Sunggu Ternyata Irma telah lama memendam perasaan cinta kepada aldi namun irma ragu-ragu untuk mengungkapkanya, aldi pun langsung menjawab kembali ungkapan isi hati irma tadi, “iya irma saya juga seperti itu namun saya masi ragu untuk mengungkapkanya kepadamu, karena awalnya saya hanya main-main saja dengan perasaanku ini untuk mencintaimu tapi kenapa saya setiap ada di sampingmu terasa nyaman dan bahgia sampai akhirnya jadi seperti ini, seru aldi dengan semangat”!

Ternyata oh ternyata mereka berdua telah lama memendam perasaan yang sama, namu meraka berdua  masi ragu untuk mengungkapkan semuanya isi hati mereka.  Akhirnya meraka berdua  jadian di sebuah rumah kos yang di tempati  si Irma teman dekat si Dafid.

 Namun Aldi dan Wada terkejut disaat Wada dan Dafid berkata,

“akhirnya kalian berdua jadian jugA, Selamat yah Aldi dan Irma.

Di saat itu pun Wada dan Dafid jujur juga kepada Irma dhan Aldi,

kami berdua, minta maaf kepada kalian berdua,  bahwa kami berdua sudah membohongi kalian selama ini, kami berdua sudah lama pacara,Namun Itu kalian  berdua baru tau sekarang, dan selama ini kalian berdua tidak tau bahwa kami sudah lama pacaran..

Di malam itu lah Aldi dan Irma akhirnya pacaran, dan di saat itu juga Dafid dan Wada jujur akan kebohongan mereka berdua, karena sudah membohongi Aldi dan Irma  bahwa mereka berdua tidak pacran. Itu lah akhir cerita tentang Aldi dan Irmah sama-sama saling memendam perasaan dan akhirnya pacaran, Dafid dan Wada juga sudah jujur akan kebhongan mereka selama Irma dan Aldi masi di dalam proses pendekatan…….

Tindak Orang Tua Terhadap Anak

Firdaus R. Harun “IPPMD”

*******

Bagi mana tindakan orang-orang tua, terhadap kasus kasus kekerasan terhadap anak di bawa umur, pelecehan seksual, pemukulan dan macam macam lah kasus yang timbul sekaran di media atau majala, karena di kalangan anak di bawa umur sekarang sudah banyak yang mengenal namanya internetan atau faceook, apakah itu dari didikan orang yang kurang baik atau orang tua sendri yang mengajarkan anaknya untuk mengenal dunia internet, munkin juga pengaru dari sahabat-sahabanya karena pergaulan yang semakin maju dan semakin menghancurkan generasi generasi muda, contohnya saja.

Sekarang sudah banyak anak di bawa umur bisah memakai Hp, atau alat komunikasi yang sekarang sudah mulai tren di kalangan anak anak di bawa umur, mungkin karena sudah jaman moderen apa-apa sudah canggih, apa banyak di kalangan remaja atau anak di bawa umur sudah bisah memakai alat tersebut, itu lah yang buat anak-anak ingin sekali mau memakainya karena tertarik dengan canggihnya alat-alat di dunia moderen sekarang ini, apa si anak tidak tau kalalau di dunia internet untuk anak di bawa umur anak berpikir baik untuk anak itu, tetapi dunia internetan adalah dunia kehancuran bagi anak di bawa umura atau di kalangan remaja Dari Tingkat usia dini atau PAUD, SD, SMP, dan SMA sederajat, kenapa saya bilang seperti itu? Contohnya saja sekarang banyak anak di idonesia dari usia dini, atau PAUD, SD, SMP dan SMA sederajat.

Sudah di kasi orang tua untuk mengenal bagaimana cara menggunakan alat komuni kasi seperti HP, itu semua yang mengacu anak untuk mengenal yang lebih jauh lagi seperti facebook atau dunia maya, bila anak sudah mengenal Hp dan sudah bisah memekainya, si anak itu pun mau mengenal yang lebih dari itu, misalnya internetan, awalnya saja facebook kan, tapi di samping itu ada yang lain dia lakukan di duania maya itu, mencari teman banyak di facebook, tapi pas suda banyak yang dia dapa teman di dunia internet itu, pasti inbox an, kata lain di smz, seperti di hp, pasti ujung2nya ajak ketemuan si anak pun pasti mau, kerea mereka barfikir saya sudah ada teman baru lagi, itu yang harus di hindarkan dari kalngan ank yang di bawa umur, karena apa bila tidak di hindarkan dari anak di bawa umur, pasti si anak makin menjadi jadi kelakuannya, minta ini lah minta itu lah, pasti si anak berpikiran seperti begitu, sianak juga kalau tidak di turuti maunya pasti si anak nangis, orang tua pun jengkel kalau liat anaknya nangis, kalau orang tua tidak sanggup untuk menuruti kemaun si anak, disitu lah timbul kekerasan terhadap anak, itu lah yang harus di lihat orongtua dari si anak, karena anak juga tidk mau melakukan yang seperti itu kalau tidak orang sendri yang mengajarkanya, inilah yang harus di sadari orang orang tua.

Banyaknya sudah kasus-kasus yang terjadi akibat dunia internetan atau dunia maya, kasus ini tidak biasa dio pungkiri, karena sudah banya yang terjadi sekarang, apa anak tingkat SMP,SMA dan yang lain dari itu, sudah banyak diliah oleh anak di bawa umur mungkin bukan dari sikap orang tua atau orang tua sendri yang mengajarkanya, sianak mungkin saja melihat kejadian yang seperti itu di media televisi atau video di hp, si anak di bawa umur ini yang belum tau apa-apa, ingin mengikuti yang seperti itu, karena mereka hanya mencontohinya dan si anak pun melakukannya, ingin mencoba kepada si temanya sendiri, karena si anak tidk tau apa apa kerana si anak hanya melihat dan ingin melakukannya, kareana ada kata pepatah mengatakan. apa salahnya mencoba, kalau tidak mencoba mana mau di tau, itu semua yang haru di ingatkan kepada anak-anak yang masi bergelut di dunia pendidikan.

Di sekolah suda pasti tidak mengajarkan hal yang seperti itu, seperti pergaulan bebas yang merusak ank atau pelecehan sex sual, tapi mengapa banyaknya yang sudah yang terjadi kasus-kasus yang seperti itu, di sekolah pun sudah banyak terjadi kekerasan terhadap siswa siswi, dari pemukulan atau pemerkosaan atau pelecehan sex sual, itu pun tidak bisah di pungkiri karena dari guru sendiri maupun si siswa siswi sendiri yang melakukan kepada teman-temanya, apa kah itu pengaruh tekanan dari guru mereka atau dari orang tua dari mereka? karena sia anak tidak mau melakukanya kalua tidak ada yang mengajarkanya dan yang mempengaruhinya. Ada sebap pasti saja ada akibat, mungkin kah kita kan salalu bertanya ada kah jarak orang tua dari anak sehingan si anak bisa berfikir yang baik atau sinak berpikir buruk, karena jauhnya dari orang tua, mereka akan melakukan hal yang tidak ingin terjadi, tapi apa daya orang tua yang taksanggup lagi mendidik anaknya atau kelalaiyan orang tua si anak kareana si anak suda kelebihan menerima tekanan dari orangtua, jadi si anak berfikir, yang untuk dia lakukan terhadap dirinya sandiri, itu yang baik untuk dia atau baik untuk dia orang tua tidak tau itu karena si anak hanya mau mencari kesenangan sendiri, tapi tidak memikirkan orang tuanya.

Jadi orang-orang tua harus tegas mendidik anak-anaknya, tetapi jangan anak di didik dengan menekan, karena bial anak ditekan terus pasti si anak akan berfikir yang lain lain, itu lah akibat kelalaian orang tua, yang tidak melihat kelakuan anak-anaknya seperti apa tu baik untuk diri si anak atau buruk. Baik buruknya kelakuan sianak itu pasti mengakibatkan kehancuran bagi si anak, “mungkin saja” karena si anak terlalau di manjakan. Boleh saj anak di manjahkan tetapi manjahnya jangan berlebihan. Anak di ajarkan untuk mengenal berbagai macam alal komunikasai seperti Hp, dunia Internetan, bagi anak itu baik untuknya tapi kita sebagai orang tua bisah saja tidak menduga bahwa yang di ajarkan kepada si anak itu, hanya membuat si anak hancur akan masa depanya.

Apakah semua itu hanya mitos atau fakta yang terjadi saat ini, yang sudah kita lihat dengan mata kepala kita sendiri, hanyalah orang tua yang bisah melihat baik buruknya kelakuan anak itu dalam bergaul atau belajar di bangku pendidikan dan juga mungkin saja pengaru dari teman-temanya yang bisah dia ikuti bagi da itu baik untuk dirinya, dan semua itu adalah makna yang bergemuru di hadapan anak-anak yang sekarang mulai menempuh dunia pendidikan yang semakin mneningkat dan moderen, dunia jaman sekaran apa saja bisah terjadi tampa terdiduga, bawa itu akibat pergaulan atau didikan dari orang tua sendir.

“Bila di diamkan pasti akhirnya akan diam pulah”, kehancuran di dunia ini akan semakin meningkat dan semakin menjadi jadi di kalangan anak-anak yang masi di bawa umurn atau pun yang sudah dewasa, karana akibat yang menghancurkan, sesuatu yangbaik terjadi dalam keadaan tidak sadar bahwa itu semua buruk bagi anak-anak, Untuk mencari solusinya itu tik gampang tan mungkin saja kita bisa diskusikan bersama-sama tapi bulum pasti mendapatkan titik temunya yang paten, kita mendapatkan titik temuanya, tetapi titik temua hanya angan angan yang takpasti itu bisah membuat si anak berubah menjadi baik. Maka dari itu kesadaran kita bersama lah yang membuat akibat-akibat yang menjadi si anak lebih terhindar dari kehancuran masa remaja, peristiwa kekeras yang terjadi di 2014 ini semakin meningkat dari kalang anak di bawa umur dan remaja itu semua bukan Mitos Tetapi Pakta yang ada.

Pesan Dari Kampung Halaman

Oleh: Firdaus R. Harun

*******

      kkkkhugyftrDesa Malomba- Alkisah, di sebuah Desa yang subur nun terpencil itu, hiduplah  sekelompok keluarga yang tingkat pendapatannya jika mengikuti standarisasi tingkat minimum pendepatan perkapita Nasional, maka masuklah dalam lingkaran anggota masyarakat-di bawa garis kemiskinan. Betapa tidak, rumah yang lebih layak disebut gubuk itu, nyaman saja mereka menggolekkan badan melepas segala macam jenis letih di atas lantai papan yang dilapisi tikar anyam warisan tiga lapis keturunan sebelum mereka. Hampir! Hampir semua deretan gubuk di Desa itu sama kondisi dari luar dan dalam ruangannya. Bangunan yang menyalahi konsep arsitektur itu, sama sekali tidak mengindahkan bening gesit arus sungai di depan dan belakang rumah masing-masing.

Bocah dekil telanjang bulat, lincah loncat dari tebing setinggi tiga meter yang sengaja dibutkan sengkedan oleh penduduk setempat, sebagai jalur lintas paling aman menuruni aliran sungai nun cantik itu.Semakin bibirnya membiru semakin lincah saja bocah itu loncat cebur, lalu naik lagi meniti sengkedan tebing. Seakan ia penguasa sungai itu.Penguasa siang bolong. Air yang betah membasahi tubuh buncitnya ikut naik ketebing se-enak serta  membuat jalur lintas itu licin tak tertanggungkan, juga tak tanggung-tanggung tubuh buncit itu terpelanting ringan, jatuh sebelum terjun. Bruuungg… praakk..bruuungg… aaaaa…. Mama… Penguasa sungai berteriak sejadi-jadinya, membuyarkan mimpi pak Karno dan bu Inang di siang yang lelah itu.Belum sempat saja suami-isteri itu bangun, Intan berseru dari kolong rumah.“Ma! Kak Iwan jatuh dali tangga tanah, pantatnya duluan jatuh di ail” Seruannya semakin tegang saat: “ma… sikunya kak iwan beldalah, banyak sekali dalahnya.”Ternyata penguasa sungai benar-benar tumbang.Kalah telak oleh ulahnya sendiri.

Siang yang tenang, dengan angin sepoi sendu, terasa air sungai di hadapan mata bu Inang mengalir ke pelipisnya dan membentuk anak cabang mata air baru. Renungannya sontak bubar saat mendengar dehem pak Karno di bagian dapur. Belum sempat lagi ia beranjak dan sebenarnya masih enggan melepas khayalan yang di alamatkannya pada kedua buah hatinya itu, pak Karno sudah dan dengan mudah mendapatkannya di depan pintu. “Hmmm… Ternyata sudah jadi kebiasaanmu belakangan ini melamun di depan pintu, sampai-sampai air mata bermuara di lehermu ma… Apa yang membuatmu sedih, ayo katakana ma.”Pak Karno terlihat serius menanggapi sikap isterinya yang selalu saja melamun belakangan ini.“Sudah Hampir tiga tahun… ya, hampir tiga tahun pa, Intan belum pernah pulang.Kira-kira sudah semester berapa dia pa?”

“Semester tujuh ma…”Pak Karno menjawab prihatin.

“Apa Intan Sudah Lupa sama kita?Orang tuanya?Apa dia sudah malu pulang kampung dan mendapati rumahnya masih ini-ini saja? Belum ada perubahannya? Belum elok seperti rumah orang-orang di kota Palu sana pa..?”Bu Inang terlihat sedih sekaligus khawatir pada buah pemikirannya. Jangan-jangan nantinya Intan tidak menerima kenyataan hidup orang tuanya, sejak ia sekolah di perguruan tinggi di Ibu Kota Propinsinya itu.

“Pak… kau lihat sengkedan itu, kau masih ingat waktu Iwan jatuh dari situ?Lalu Intan berteriak ketakutan melihat darah dari sikunya?”Mendengar pertanyaan itu, sekaligus pak Karno tahu, apa penyebab kesedihan isterinya belakangan ini. “Lapar ma…”Pak Karno memotong kesedihan isterinya dengan nada dan gerakan seperti pengemis yang belum makan seharian penuh.“Kalau mau makan, ambil sendiri saja di atas meja.Saya masih betah memandangi sungai itu.”Dengan hati mendongkol pak Karno meninggalkan isterinya dan mendapati meja makan beserta sajiannya.

Jam dinding hasil cabutan berhadiah yang didapat dari kerja iseng pak Karno di kios samping rumah itu, kini menunjukkan pukul 14.11 waktu setempat. Pak Karno enggan balik ke sawahnya, ngantuk menyerang sejadi-jadinya di kelopak matanya.“Betapa nikmat tidur di atas tikar rombeng itu,” katanya dalam hati sambil melirik tikar warisan anak beranak itu.Belum lagi sempat memasuki alam mimpi, pak Karno dikagetkan dengan kedatangan anak Bungsunya, Iwan. Si-Penguasa Sungai yang baru saja dilamunkan ibunya di depan pintu rumah. Iwan yang sudah lima bulan bekerja sebagai buru bangunan di Ibu kota Kabupatennya (Tolitoli) itu, Nampak berbeda dengan Iwan yang barusan melintas dalam khayalan ibunya itu. Tegap, tinggi, berdada bidang, kulit nampak keras “sesuai dengan keras pekerjaannya,” dan kelihatan lebih dewasa.“Apa kabar ma..?”Iwan menyapa ibunya yang senyam-senyum bahagia menyambutnya.“Mana bapak ma?”“ada di dalam, ayo masuk.”Jawab Ibunya sambil mengambil bagian bawaan dari tangan kiri Iwan.

Hari ini, hari kelima Iwan di Malomba, ia sengaja minta cuti kerja dari kepala borongan bangunannya, untuk berlibur di kampung. Pak karno kelihatan lesu, mukanya pucat pasih, karena memaksakan diri bekerja di sawah dalam usia senjanya, hanya demi melaksanakan tanggungjawabnya sebagai kepala rumah tangga, terlebih pada beban kiriman Intan yang mewajibkannya harus mengirimi setiap satu bulan. Iwan diam-diam memperhatikan bapaknya dengan hati iba.“Orang setua dia, masih rela bekerja keras demi kelangsungan kehidupan keluarga” gumamnya dalam hati.“aku harus bisa membantunya, minimal sekedar kiriman buat Intan.” Iwan berfikir keras.Dari salah satu buah pikirnya, dia berkesimpulan, mungkin saja kedua orang tua ini sangat merindukan adiknya, Intan.“Ah..bukan mereka saja, toh aku juga rindu, teramat rindu pada adikku itu. Siapa lagi yang aku rindui kalau bukan dia, karna hanya dia adikku, dan hanya akulah kakaknya. Tak ada orang lain. Hanya kami berdua.”Secepat itu pula Iwan merabai kantong celananya dan mendapatkan Handphone-nya.Menelpon.Memberi kabar pada Intan bahwa bapak sedang sakit.“Mungkin saja dengan alasan yang bukan buatan itu, Intan akan meluangkan waktunya untuk pulang kampung, menjenguk bapak, ibu dan aku yang sudah hampir tiga tahun tak di lihatnya.”Pikir Iwan.

Benar saja. Intan memberitahukan akan tiba di Desa mereka besok subuh. Dan malam ini ia berangkat dari Palu dengan mobil rentall. Perjalanan menuju Desa mereka menghabiskan waktu kurang lebih delapan jam.Selama di perjalanan, intan terus-terusan menangis, merenungi nasib ayahnya, nasib ibunya, nasib abangnya, Keluarga yang dicintainya.Ia sadar, selama ini tidak terlalu memperhatikan mereka sebgai satu-satunya sumber kehidupannya. Sumber kebahagiaannya, bahkan mereka betapa merindukan kehadirannya, ia baru menyadari itu. Ia hanya terlena dengan asiknya bersekolah, seruhnya belajar memahami ilmu-ilmu baru di bangku perguruan tinggi, tanpa memperhatikan keluarganya, tanpa memahami apa yang mereka rasakan. Semalam suntuk, selama perjalanan Intan tak bisa tidur.Ia terus diganggu pemikirannya sendiri. Dihantui kelalaiannya dalam memahami keluarganya sendiri.“Aku akui, aku belum cukup cerdas, belum cukup terpelajar, hingga keinginan keluargaku sendiri belum lagi ku ketahui, betapa rendanya aku ini.” Sesalnya dalam  hati.

Mobil yang dinaiki Intan tak tersa telah memasuki desa bersama renungannya. Sepanjang desa diperhatikannya, ia menghafal-hafal setiap tempat yang pernah didatanginya. Tempat yang terlalu banyak mengisi keceriaan masa kecilnya bersama Iwan abangnya.Tak sadar mobil memasuki kompleks deretan rumah yang telah dialamatkannya pada sopir diawal perjalanan.Nampak dari balik sendunya subuh, iwan berdiri menyambut kedatangannya.Menyusul ibunya keluar dari dalam rumah dengan daster orange dan sarung dibidekan pada pinggang menjolor kebawah sampai di mata kaki. Sempoyongan bu Inang menyambut anak gadis yang buah dadanya sudah menunjukkan usia dewasa itu. Nampak benar bu Inang terhenyak sejenak saat melihat Intan keluar dari mobil dan berdiri sempurna di hadapannya.“Anakku sudah secantik ini, dewasa, bersih, bening, ah… dara ku..anak gadisku… aku bangga kau sudah secantik ini, tapi apakah kau bangga pada ibumu yang nampak kusam ditelan zaman ini?”

“Kenapa bengong bu?”Ia kaget saat Iwan menegurnya.

Belum lagi sempat siuman dari khayal kagumnya melihat anak gadisnya itu, Si dara datang menghambur kedepannya dan merangkul sambil bergantung manja ditubuh renta-nya.“Ibu, maafkan anakmu ini, telah lama tak pulang-pulang.”

“Ibu tau Tan,” Iwan menengahi“ayah juga tau, kami semua tau, betapa kesibukannmu yang membuatmu lupa, sebenarnya bukan lupa hanya tak selalu ingat pada kami.”

“Maafkan adikmu ini kak.”

“Sudah, ayo masuk duluan, biar aku yang berikan sewa tumpangannmu pada sopir itu.”

Udara terasa dingin, berbeda dengan udara subuh di kota palu. Udara subuh di desa Intan, benar-benar dingin.Dingin-segar.Pak Karno senyum sumringah melihat kehadiran Intan.“Anak sulungku tumbuh secantik ini ma..!” Seru pak Karno pada Isterinya.

“Pak… sudah berapa lama bapak sakit?”Intan memotong pujian itu tak acuh.Ia lebih prihatin pada kondisi bapaknya yang nampak kurus, pucat, berdahak pula batuknya.

“Sudah lima hari nak… okhhookk…ookhhookk.!”

“Bu… Intan sedih melihat kondisi bapak, lebih sedih lagi karena intan tak bisa berlama-lama di kampung, sebab saat ini intan lagi fokus dalam penyusunan skripsi bu.”

“Apa itu skripsi nak?”Tanya bu Inang dengan nada polosnya.

“Skiripsi itu… tahap terakhir dari proses perkuliahan bu. Ia merupakan susunan hasil penelitian.”

Nampak kerutan jidat bu Inang  berjalar mengikuti kalimat yang keluar dari mulut Intan. Dan hasilnya: “Ibu tidak mengerti nak.”

“Hmmm…”Intan mendehem maklum.Biar begitu, Intan tidak serta-merta menganggap rendah orang tuanya hanya karena tidak mengerti soal skripsi dan penelitian.Ia mengerti benar, bahwa dirinya tidak lebih rendah dibanding dengan orang kampung, apalagi ibunya itu. “Ini hanya persoalan proses kuliah, toh masih banyak persoalan hidup lainnya yang sudah pasti belum diketahuinya secara penuh di banding dengan yang diketahui ibu bapak dan abangnya itu.”Pikirnya dalam diam.

“Okhhookkk…okhookk…” dahak pak Karno membangunkannya dari lamunan.Lamunan kesadaran.Kesadaran dalam menyikapi kehidupan.Kesadaran dalam memposisikan diri sebagai seorang yang terpelajar.

Hari telah menunjukkan pukul 06.12 waktu setempat.Sarapan ubi rebus dan the hangat sudah siap di lahap.Bubur bayampun sudah siap disuguhkan buat pak Karno.“Biar Intan yang suapi bapak ya….” Tawaran Intan pada bapaknya terdengar seperti pengabdian hamba sahaya pada tuan raja. Si tuan raja pun tidak menolak, malah senyum berminat yang ditunjukan pada anaknya. Acara sarapan yang berlangsung khidmad itu terasa sempurna di mata bu Inang.“Berapa lama waktu yang kau sediakan untuk bisa bersama kami Tan?”Tanya bu Inang, sambil menikmati ubi rebus dalam mulutnya.“Hanya seminggu ma…” sela Intan terdengar  ragu. Ia tahu benar, kehadirannya sangat membantu untuk kesembuhan sang ayah. Betapa tidak, sang Ibu menyetop gerahangnya untuk mengunyah ubi hangat itu. “Maaf bu, Inang harus berusaha keras dalam mencapai cita-cita ini.Sudah menjadi tekad inang untuk segera menyelesaikan studi di perguruan tinggi. Kasihan bapak, kak Iwan dan Ibu, bekerja keras membanting tulang, menggarap sawah, memelihara ternak, kak Iwan bekerja jadi buru bangunan, Intan tahu, semua kiriman yang Intan nikamti di Palu, ya! Semua.Semua itu hasil jerih payah kak Iwan, Ibu dan bapak.Lagi pula, Intan tidak ingin mengecewakan Keluarga ini, Intan tidak ingin keluarga ini mendapat celaan dari tetangga. Ma..”

‘Jangan pikirkan yang macam-macam tan, selain kau harus berfikir bagaimana kau harus selesai dalam studimu.Jangan pikirkan kondisi bapak, ini hanya sakit biasa.Tidak separah penyakit orang-orang yang pernah kau lihat.Paling satu-dua hari sembuh ko..!” sanggah pak Karno dengan nada berat dan berwibawa.Intan tahu benar, bapaknya berakting untuk menyenangkan hatinya.Biar begitu, Peluang Intan untuk bisa bersama mereka hanya seminggu.Tak kurang tak lebih.

Hari demi hari berlalu, tak terasa peluang berkumpul bersama keluarga semakin kecil, tinggal satu hari lagi.Bu Inang terlihat sibuk mempersiapkan bekal Intan untuk dibawah ke Palu.Nampak kesehatan pak Karno kembali pulih.Namun Intan paham benar, kesehatan itu hanya sandiwara belaka.Sesungguhnya pak Karno masih dalam keadaan sakit.Ia tahu benar watak bapaknya yang tak ingin memperlihatkan kesusahannya pada anak-anaknya. Iwan terlihat bugar bukan buatan, sedang mengayun-ayunkan sabit di halaman belakang rumah. Semakin sibuk, semakin tak terasa sang raja hari melintas laju, tak sedikitpun mengerti pada kondisi, pada keinginan Intan untuk berlama-lama menikmati hari-hari terakhirnya dalam masa berkumpul bersama keluarga. “Seandainya ia mengerti.. Hmmm..” keluh inang dalam hati saat melihat gunung di ufuk barat seenaknya menelan cahaya sang raja hari itu. Dengan hati berat Intan merabai handphone-nya dalam saku kanan celana traking-nya dan, Menelpon.

“Hmmm…” terdengar dehem ibunya dari ruang belakang saat Intan menyelesaikan pembicaraanya dengan sopir rental. “Sabar bu, Intan akan segera kembali dengan Ijazah Perguruan Tinggi itu.”Tangkis Intan dengan nada meyakinkan ibunya agar tak bersedih.

“Intan, sini..!” Pak Karno berseru.

“Iya pak.”

“Duduk di samping bapak.”

Sambil mengambil posisi yang sempurna di samping sang ayah, Intan berkata pelan dan haru: “Bapak do’akan anakmu ini agar sukses dalam pencapaiannya.”

“Do’a kami selalu menyertaimu nak.Hanya ada satu hal penting yang ingin bapak sampaikan tan.”

“Silahkan pak.”

“Satu hal yang bapak inginkan dari kau nak, kelak kalau kau sudah menjadi orang sukses, tolong, jangan kau lupakan desamu.Jangan kau lupakan kampung halamannmu ini nak.Sebab, dialah yang telah mendidikmu dengan baik.Desa inilah yang telah memberimu hidup.Kau hidup dari tanah ini nak.Bukan semata-mata dari jerih payah bapak ibumu ini.”

“Akan Intan ingat baik pak. Sebaik mungkin.Percayalah.”

Malam telah memperlihatkan kekuasaannya.Seakan semua lenyap-senyap dalam rangkulannya.Seisi kampung sendu, sunyi dan kelam.Jangkrik yang meramaikannya, Berparade, berkolaborasi dalam ritme bunyi-pengundang sunyi.Bak pelantun nyanyian kematian dari alam yang tak dikenal satupun makhluk sejagad.“Desaku, kampungku, kau sunyi, seram.Namun damai dilamun malam.Kau takkan kulupakan, tanah tumpah darahku. Kau akan selalu kucintai sampai akhir hayatku. Wahai sang Kuasa jagad… wahai sang Ilmu Pengetahuan… bantu aku menjaganya.” Intan merenung di depan pintu.Malam terakhir berkumpul bersama anggota keluarga itu, dilewati dengan bincang-bincang banyak hal, dan renungan-renungan banyak hal pula. Sekali lagi jam dinding hasil cabut berhadiah itu mengingatkan mereka pada sang waktu: Pukul 23.12 waktu setempat. Dan tidur dalam seribu rasa haru.

Tepat pukul 05.13 waktu setempat, bu Inang bangun dan yang lain masih tergolek nyaman di atas tikar warisan itu. Intan baru bangun pada pukul 07.15 dan langsung mengarahkan diri pada kamar mandi yang hanya di tutupi bekas karung keliling emapat segi dan setinggi lehernya itu.Iwan pun menunggu ala antri di Kamar mandi umum.Usai keduanya mandi, keluarga itu langsung menyerbu meja makan untuk sarapan.“Jangan lupakan pesan bapak kemarin soreh tan. Kau juga wan.” Pak karno memulai percakapan di meja makan itu. “Iya pak, serentak mereka menjawab.”

“Kiiikkkk…kiiikk…” baru saja pak Karno menghabiskan sarapannya, Intan sedang mencuci tangan, mobil jemputan itu sudah parkir di halaman rumah mereka yang cukup buat tiga buah mobil sejenisnya itu. Sekarang acara terakhir: acara jabat-jabat tangan dan pamitan. “Ingat pesan bapak” pak Karno memperingatkan lagi.“Iya pak, percaya sama Intan.”Jawab intan meyakinkan. Dan: “Assalamualaikum..pak, bu, kaki wan. Do’akan, dan Intan akan selalu men-do’akan.”  “kau harus tabah Tan.” Sambut sang Ibu dengan nada berat seakan sengaja memberikan tekanan pada kata tabahnya. “Iya bu, Intan berangkat Dulu..”Lambai balas lambai mengakhiri perpisahan sementara itu.Dan lenyaplah mobil itu dari pandang mata mereka bertiga.Membawa Intan untuk mengarungi kembali kesibukannya sebagai mahasiswa semester tujuh itu.

Dalam perjalanannya, Intan tak lepas-lepas dari renungannya.Merenungi pesan ayahnya dengan sungguh-kukuh.“Sekiranya sukses, jangan pernah melupakan Desamu, Kampung Kelahirannmu, sebab dialah yang telah mendidikmu, membesarkannmu dengan sari patihnya, dengan hasil buminya.Semata-mata bukan hasil jerih payah bapakmu ini” pesan itu masih terus hadir dalam pikirannya juga sampai mobil itu memasuki Pota Palu.

Hampir magrib Intan tiba di Kost tempat tinggalnya.Setibanya, Intan segera membersihkan Kost-nya yang agak kotor karna di tinggalkan selama seminggu, ditambah dengan kelalaiannya membersihka saat hendak berangkat ke kampungnya minggu lalu.“hmmm.. beginilah kondisinya jika dihadapkan dengan segala yang bersifat dadakan.” Gumamnya dalam hati. Setelah semuanya beres, Intan masuk kamar mandi dan membasahi tubuhnya dengan air bak yang disediakannya sambil beres-beres sebelumnya. Asik bercengkrama dengan segarnya air, khayalan intan pun melayang dan mendapati sungai di depan rumahnya di kampung halaman. Lagi-lagi ia teringat pada kampung halamannya yang inda itu. “Ah… betapa beruntung aku dilahirkan di Desa Malomba. Desa yang kaya akan Sumber Daya alam itu. Kaya akan kearifan lokalnya, lebih terasa lagi kekayaanya jika berkumpul bersama keluarga.” Ah..keluraga, kak Iwan, Ibu, Bapak, ah.. bapak.. betapa kuatnya daya pesannmu yang kau memperingatkannya sampai tiga kali padaku itu. Aku akan menjalankan pesannmu itu. Aku akan menjaga desaku sampai akhir hayatku.”setengah jam ia di dalam kamar mandi itu. Usai,,,,,,.. 

 

NANTIKAN SISEN . DUA NYA,,….